Minggu, 12 Februari 2012

Filsafat Metafisika dalam Agama

Filsafat sebagai suatu proses berfikir yang tersusun rapi, sistematis dan menyeluruh juga mempunyai obyek yaitu obyek material dan obyek formal. Obyek filsafat adalah segala yang ada, sedangkan segala yang ada mencakup yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Obyek yang kelihatan adalah dunia empiris sedangkan yang tidak kelihatan adalah alam ghaib atau metafisika.
Agama sebagai salah satu wahyu tuhan atau kepunyaan Tuhan untuk manusia di alam ini. Agama adalah untuk manusia yang membicarakan cara bergul antara sesama manusia, manusia dengan makhluk lain, manusia dengan Tuhan, malaikat dan bagaimana hubungan manusia dengan Tuhan. Sedangkan hubungan manusia dengan tuhan adalah sesuatu yang metafisika. Sedangkan manusia adalah fisik dan hubungannya dengan Tuhan adalah metafisika. Tetapi yang jelas dalam pembahasan filsafat agama adalah pada aspek metafisiknya. Dengan demikian agama adalah obyek metafisik dari filsafat agama terutama tentang obyek material filsafat. Tetapi apabila dilihat dari sudut pandang obyek formal agama dipandang secara menyeluruh, bebas, obyektif, radikal tentang ajaran-ajarannya.
Pendekatan menyeluruh merupakan suatu proses dalam rangka mendapatkan gambaran utuh tentang suatu permasalahan yang sedang dibahas. Membahas agama secara filsafat tidak bersifat parsial tetapi komprehensip mengenai berbagai ajarannya. Pendekatan obyektif adalah pendekatan yang dapat digunakan secara nyata dan bersesuaian dengan realitas obyektif. Sehingga subyektif dalam pembahasan dapat dikurangi.
Dalam pendekatan obyektif memungkinkan seseorang terbebas dari subyektifitas dalam membahas tentang suatu agama karena agama mempunyai kemungkinan subyektifitas sangat tinggi. Hal ini dapat dicermati dari aspek orang yang meneliti agama tersebut. Karena peniliti agama biasanya adalah orang yang sudah beragama. Meskipun dengan tanpa terlalu curiga dapat juga seseorang yang telah mempunyai agama tertentu kemudian mempelajari agama lain mungkin dapat juga memandang secara obyektif keilmuan.
Dalam uraian sebelumnya telah disinggung bahwa pembahasan fislsafat agama adalah bebas, kebebasan tersebut dapat mengambil dua bentuk yaitu pertama, membahas dasar-dasar agama secara analitis, kritis tanpa terikat dan terbelenggu oleh ajaran-ajaran, dan tanpa ada kesimpulan atau tujuan menyatakan kebenaran suatu agama. Kedua, membahas dasar-dasar agama secara kritis dan analitis dengan maksud untuk mencari dan menyatakan kebenaran suatu agama tertentu, atau dapat juga bertujuan adan menjelaskan bahwa agama yang diteliti mempunyai ajaran yang tidak bertentangan dengan akal manusia. Pembahasan tentang filsafat agama membutuhkan pemikiran yang radikal yang membahas sampai akar-akarnya, dalam arti mendalam. Wallahu Alam.