Pernikahan merupakan salah satu jalan untuk menjadi umjmat Nabi Muhammad yang sempurna. Pernikahan itu adalah fitrah dan juga disunnhkan oleh Rasulullah SAW seperti dalam sabdanya"Shalat dua rakkaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik dari 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan)" (H.R. Ibnu Ady dalam kitab Al-Kamil dari Abu Hurairah). Ketika ijab qabuldalam sebuah pernikahan, maka pintu langit terbuka sehingga tak ada penghalangtercapainya doa kepada Allah SWT.
Allah sangat membenci adanya perceraian dimuka bumi. Dalam hal ini ketika ada sebuah percerian langitpun menangis, itu sudah membuktikan bahwa perceraian sangat dibenci oleh Allah SWT meski orang tersebut tidak melakukan dosa. Agar perceraian tidak terjadi dalam sebuah keluarga salah satu yang harus terpenuhi yaitu harus membetuk keluarga yang harmonis.
Allah sangat membenci adanya perceraian dimuka bumi. Dalam hal ini ketika ada sebuah percerian langitpun menangis, itu sudah membuktikan bahwa perceraian sangat dibenci oleh Allah SWT meski orang tersebut tidak melakukan dosa. Agar perceraian tidak terjadi dalam sebuah keluarga salah satu yang harus terpenuhi yaitu harus membetuk keluarga yang harmonis.
Harmonis adalah perpaduan dari berbagai warna karakter
yang membentuk kekuatan eksistensi sebuah benda. Perpaduan inilah yang membuat
warna apapun bisa cocok menjadi rangkaian yang indah dan serasi. Rumah tangga
merupakan perpaduan antara berbagai warna karakter. Ada karakter pria, wanita,
anak-anak, bahkan mertua. Dan tak ada satu pun manusia di dunia ini yang bisa
menjamin bahwa semua karakter itu serba sempurna. Pasti ada kelebihan dan
kekurangan.maka disituakan terbentuk sebuah keharmonisan dalam rumah tangga.
Tidak akan terbentuk irama yang indah tanpa adanya keharmonisan antara nada
rendah dan tinggi.
Tinggi rendahnya nada ternyata mampu melahirkan berjuta-juta
lagu yang indah. Dalam rumah tangga, segala kekurangan dan kelebihan saling
berpadu. Kadang pihak suami yang bernada rendah, kadang isteri bernada tinggi.
Di sinilah suami-isteri dituntut untuk menciptakan keharmonisan dengan mengisi
kekosongan-kekosongan yang ada di antar mereka. Selain itu juga keluaraga yang
harmonis merupakan sebuah keluarga yang
di dalam hidup kesehariannya berjalan selaras dan seimbang satu dengan lainnya.
Selaras artinya masing-masing anggota keluarga memiliki keterikatan hubungan.
Seimbang berarti masing-masing anggota keluarga bukan hanya sekedar menerima,
tetapi juga memberi.
Hubungan yang memiliki
ikatan batin, dan perilaku saling memberi menerima ini akan membuahkan sebuah
situasi keluarga yang memberi rasa bahagia. Bahagia dan kepuasan batin
tentunya, karena kebutuhan dasar manusia akan rasa kasih sayang dan hubungan
persaudaraan dapat diperoleh.
Menurut Guru Besar Psikologi Islam Universitas
Indonesia dan Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Achmad Mubarok,
keluarga harmonis merupakan istilah khas Indonesia yang menggambarkan suatu
keluarga yang bahagia dalam perspektif Islam. ‘’Dalam bahasa Arab disebut
usrah sa’idah atau keluarga bahagia,’’ ungkapnya.
Mubarok menuturkan, sebuah pasangan akan mencapai
taraf keluarga sakinah, jika dibangun oleh lima pilar, seperti yang telah
dicontohkan Rasulullah SAW. Kelima pilar itu adalah: Pertama, memiliki
kecenderungan kepada agama. Kedua, yang muda menghormati yang tua dan yang tua
menyayangi yang muda. Ketiga, sederhana dalam belanja. Keempat, santun dalam
bergaul. Kelima, selalu introspeksi.
Menurut hadis Nabi, kata Mubarok, kebahagiaan
keluarga akan datang dari empat faktor, yakni; suami/istri yang setiap
(saleh/salehah), anak-anak yang berbakti, lingkungan sosial yang sehat, dan
dekat rezekinya. ‘’Problem paling berat dalam membangun keluarga harmonis di
tengah masyarakat modern adalah menghadapi ‘penyakit manusia modern’,’’
tuturnya. Kata dia, pada zaman Nabi, peperangan lebih bersifat fisik, tetapi
pada zaman modern, musuh justru menyelusup ke dalam rumah tangga melalui media
komunikasi.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk
mencapai keluarga yang harmonis selain apa telah yang dipaparkan oleh Achmad
Mubarok (Guru Besar Psikologi Islam Uniersitas Indonesia dan Universitas Islam
Negeri Jakarta) yaitu:
1. Sertakan sakralitas dalam keluarga
Salah satu pijakan yang paling utama seorang rela
berumah tangga adalah karena adanya ketaatan pada syariat Allah. Padahal, kalau
menurut hitung-hitungan materi, berumah tangga itu melelahkan. Justru di
situlah nilai pahala yang Allah janjikan.
Ketika masalah nyaris tidak menemui ujung pangkalnya,
kembalikanlah itu kepada sang pemilik masalah, Allah swt. Pasangkan rasa baik
sangka kepada Allah swt. Tataplah hikmah di balik masalah. Insya Allah, ada
kebaikan dari semua masalah yang kita hadapi. Lakukanlah
pendekatan ubudiyah. Jangan bosan dengan doa. Bisa jadi, dengan taqarrub pada
Allah, masalah yang berat bisa terlihat ringan. Dan secara otomatis, solusi
akan terlihat di depan mata.
2. Lihat kelebian pasangan, jangan
malah sebaliknya
Untuk menumbuhkan rasa optimistis, lihatlah kelebihan
pasangan kita. Jangan sebaliknya, mengungkit-ungkit kekurangan yang dimiliki.
Imajinasi dari sebuah benda, bergantung pada bagaimana kita meletakkan sudut
pandangnya. Mungkin secara materi dan fisik, pasangan kita mempunyai banyak
kekurangan. Rasanya sulit sekali mencari kelebihannya. Tapi, di sinilah uniknya
berumah tangga.
Bagaimana mungkin sebuah pasangan suami isteri yang
tidak saling cinta bisa punya anak lebih dari satu. Berarti, ada satu atau dua
kelebihan yang kita sembunyikan dari pasangan kita. Paling tidak, niat ikhlas
dia dalam mendampingi kita karena Allah sudah merupakan kelebihan yang tiada
tara. Luar biasa nilainya di sisi Allah. Nah, dari situlah kita memandang.
Sambil jalan, segala kekurangan pasangan kita itu dilengkapi dengan kelebihan
yang kita miliki. Bukan malah menjatuhkan atau melemahkan semangat untuk
berubah.
3. Ada pertemuan rutin dalam keluarga
Dunia kerja yang penuh
persaingan dan tuntutan ekonomi membuat para anggota keluarga sibuk dengan
tugasnya masing-masing. Nah, tentunya sebuah keluarga butuh waktu khusus untuk
bertemu. Untuk mencurahkan segala persoalan dan permasalahan yang sedang
dihadapi ataupun hal yang lain yang ada hubungan dengan keluarganya.
Pertemuan rutin ini
merupakan ruang saling evauasi dalam keluaraga dan bisa di pagi hari saat
sarapan atau sekedar minum kopi, atau sepulang kerja dan malam hari saat semua
anggota keluarga berkumpul. Lebih baik lagi bila di hari libur, seluruh
keluarga sepakat untuk tidak kemana-mana, tapi berkumpul di rumah untuk masak
bersama, misalnya, berkebun/mengurus tanaman atau merawat kendaraan. Kalau ada
dana lebih, bisa juga jalan-jalan ke
luar kota sebagai sarana untuk melepas jenuh.
4. Berkorban dan memberi yang terbaik
Setiap tujuan hidup pasti
menemui kendala, hambatan dan rintangan. Disinilah sebuah pengorbanan dituntut.
Berkorban untuk memberi lebih banyak waktu, perhatian, pikiran atau pun materi.
Apapun yang kita berikan pada anggota keluarga sebenarnya adalah sebuah
investasi di akhirat kelak, karena bila kita tulus memberinya, maka itu bisa
menjadi ladang amal buat kita selain itu slah sarana menciptakan sebuah
keluarga yang harmonis .
5. Saling memaafkan antara satu dengan
yang lain
Banyak pasangan sulit
memaafkan pasangannya karena kekurangan ataupun kelemahan-kelemahan yang
dimiliki pasangannya. Memaafkan akan memberi peluang untuk memperbaiki keadaan
dan meneruskan apa yang sudah menjadi kesepakatan bersama. Memang memaafkan
adalah hal yang sangat berat untuk dilakukan. Dalam hadits dijelaskan bahwa
ketika setan ditanya oleh Rasulullah siapa orang yang lebih buruk dari kamu?.
Orang yang yang tidak engan untuk minta maaf. Jawab setan, kemudian setan
bilang malah ada yang buruk lagi. Siapa orang itu?.Tanya Rasululah. Yaitu orang
yang enggan memaafkan orang yang minta maaf, jawab setan. Maka dari itu sebagai
insan kamil haruslah mampu memaafkan dan juga harus minta maaf atas salah yang
pernah dilakukan.
6. Berfikir objektif
Kadang konflik bisa menyeret hal lain yang sebetulnya
tidak terlibat. Ini terjadi karena konflik disikapi dengan emosional. Apalagi
sudah melibatkan pihak ketiga yang mengetahui masalah internal rumah tangga
tidak secara utuh.Jadi, cobalah lokalisir masalah pada pagarnya. Lebih bagus
lagi jika dalam memetakan masalah ini dilakukan dengan kerjasama dua belah
pihak yang bersengketa. Tentu akan ada inti masalah yang perlu dibenahi.
Misalnya, masalah kurang penghasilan dari pihak suami.
Jangan disikapi emosional sehingga menyeret masalah lain. Misalnya, suami yang
tidak becus mencari duit atau suami dituduh sebagai pemalas. Kalau ini terjadi,
reaksi balik pun terjadi. Suami akan
berteriak bahwa si isteri bawel, materialistis, dan kurang pengertian.
.
7. Setia pada pasangan
Ditengah ramainya kasus
perceraian yang terjadi di masyarakat hal yang begitu urgen yang menjadi latar
belakang terjadinya perceraian tersebut adalah tidak adanya kesetiaan di antara
pasangan dalam keluarga. Apa sebetulnya kesetiaan itu? Kesetiaan adalah kesediaan
pasangan untuk tetap menjalani perannya, meski keadaan tidak sesuai harapannya.
Misalnya, suami tiba-tiba
bangkrut, kehilangan pekerjaan atau masalah anak yang sangat berat. Setia
menjadi syarat mutlak untuk menciptakan keluarga harmonis. Bukan hanya
laki-laki yang harus setia, tapi wanita juga dituntut untuk setia. Setia pada
peran dan tanggungjawab yang melekat padanya sebagai istri dan ibu dari anaknya
Agar dalam sebuah keluarga
tidak terjadi yang namanya perceraian yakni haruslah mencapai sebuah
keharmonisan dalam sebuah tatanan keluarga. tentunya tidak sangatlah mudah
dalam mengimplementasikan keharmonisan dalam keluarga, harus ada berbagai cara
yang harus dicapai sebagaimana yang telah dijabarkan di atas seperti berfikir
objektif, setia pada pasanagan dan lain sebagainya. Karena keluarga merupakan
amanah yang harus dilaksanakan sebaik mungkin sebagaimana Rasulullah SAW telah
mencontohkannya.
Sumber :
- http://www.dakwatuna.com/2007/01/86/4-kunci-rumah-tangga-harmonis/
- http://kesesatanbioenergicenter.blogspot.com/2011/03/10-tips-membina-rumah-tangga-yang.html
- http://ashabulkahfi-its.blogspot.com/2012/06/hadist-keutamaan-nikah.html
- http://www.nasehatislam.com/wp-content/uploads/2010/03/menikah.jpg